Tuesday, June 15, 2010

Tiada waktu untuk pesimis!

Pesimis adalah sebuah penyakit bagi mereka yang merindukan kesuksesan dalam hidupnya. Penyakit ini amatlah berbahaya. Bagaimana tidak, seorang yang pesimis dalam hidupnya bahkan sebelum mengerjakan apa yang direncanakan sudah pesimis duluan.

Mau berusaha budidaya lele, bagaimana kalau ikannya kena penyakit dan mati. Mau menanam padi, bagaimana kalau kena hama. Mau berbisnis kredit barang, bagaimana kalau orang yang ambil kredit tidak mau membayar dan pergi melarikan diri. Mau buka restoran, bagaimana kalau awal-awal tidak laku padahal makanan kan basi. Mau ikut tes lowongan kerja, takut kalau pertanyaannya sulit dan tidak lolos. Pendek kata orang yang pesimis selalu saja mendahulukan keburukan daripada kebaikan.

Nah, pesimis itu bisa kita kikis kalau kita mengetahui bahwa sebenarnya kalau kita mau berpikir jernih ternyata kebaikan itu jauh lebih banyak daripada keburukan. Marilah kita tengok sekeliling kita. Silahkan dihitung lebih banyak mana orang yang sakit daripada yang sehat? Silahkan tengok lagi lebih banyak mana pencuri sama orang yang bekerja halal? Lebih banyak mana siswa yang lulus dan yang tidak lulus? Dan coba hitung-hitung nikmat yang begitu banyak kita terima daripada sedikit ujian yang kita hadapi selama ini.


Tentu kita sudah tahu jawabannya. Nah, sungguh lucu bukan ketika kita merasa keburukan itu terus menghadang kita. Sungguh aneh kalau masih saja ada orang yang terus menerus merasa pesimis dalam hidupnya. Seolah dia merasa bahwa kesuksesan tidak akan datang kepadanya. Ujung-ujungnya orang yang merasa selalu pesimis akan jatuh pada penyakit lain bernama putus asa. Kalau sudah begini mana mungkin dia akan bergerak untuk menatap masa depannya dengan penuh energi optimisme.


Pesimis atau bahkan putus asa hanyalah pantas dilakukan oleh orang-orang kafir saja. Karena mereka jelas tidak memiliki sandaran yang kuat layaknya orang muslim. Allah pun dengan tegas mengatakan hal itu: Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih” (Al-‘Ankabuut:23).

Jadi mengapa harus pesimis dalam menjalani hidup ini? Tidak, kita tidak boleh seperti itu. Kita harus yakin bahwa pesimis itu memang benar-benar adalah penyakit yang harus kita buang jauh-jauh dari diri kita. Terlebih bagi mereka yang menjalani hidup ini untuk ibadah kepada Allah dan menebar dakwah di masyarakat, pesimis tidak seharusnya bersemayam di dalam hatinya. Bagaimana jadinya kalau para da’i itu merasa pesimis ketika berdakwah. Ada bisikan-bisikan dalam hatinya yang mengatakan bahwa amatlah sulit merubah akhlak masyarakat.

Akhirnya di setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Tidak perlu kita merasa pesimis dengan keadaan apa pun yang akan menyapa kita. Sebagai seorang khalifah di dunia ini, kita sebagai seorang muslim haruslah tetap tangguh menghadapinya. Teguhlah. Kokohlah. Ya Allah, sang pembolak-balik hati. Teguhkanlah hati kami dalam menjalanku agama-Mu ini. [elha]

No comments:

Post a Comment