Optimis bagi seorang muslim seharusnya jauh lebih kuat daripada yang lain. Mengapa demikian? Karena orang muslim itu memiliki sandaran yang serba Maha. Dialah Allah yang Maha segala-gala. Allah Maha Perkasa. Allah Maha Kaya. Allah Maha Pemaaf. Allah adalah raja dari segala raja.
Itulah bedanya tingkat optimisme seorang muslim dengan yang lain. Seorang muslim meyakini bahwa semua kehidupannya diatur oleh Allah SWT. Ketika ujian datang menimpa, ia sadar bahwa ujian itu justru adalah sebuah sarana bagi dia untuk meningkatkan kelas imannya. Dan ujian itu pun dia jalani dengan sepenuh hati karena dia yakin bahwa Allah tidak akan memberikan ujian yang melebihi kemampuannya. Ia pun yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya sendirian.
Begitulah ia yakin bahwa semua ujian itu pasti ada akhirnya. Ia sadar bahwa ritme kehidupan ini tidak jauh dengan ritme alam ini. Ada pagi yang cerah, tapi ada juga malam yang gelap. Malam yang semakin pekat menandakan bahwa pagi akan datang menjelang. Begitu pula ketika naik gunung. Awalnya memang mudah, semakin lama semakin tinggi dan semakin terjallah gunung yang akan didaki. Namun tentulah runcingnya gunung itu tidak akan terus meruncing ke atas. Dan semakin tinggi gunung itu, maka ini berarti akan turunlah gundukan gunung itu.
Hidup memang awalnya landai dan normal-normal saja. Namun kita harus menyiapkan diri bahwa akan ada ritme lain dalam kehidupan kita. Ada gelap yang akan datang layaknya malam akan menggantikan pagi. Juga akan ada rasa masalah yang akan datang layaknya gunung yang semakin terjal. Namun tentulah kita tahu bahwa itu semua akan berakhir. Optimislah karena Allah akan selalu berada di sisi kita.
Lebih jauh, keoptimisan seorang muslim bukanlah karena didasarkan pada kemampuan dirinya sendiri. Ia merasa bahwa semua yang dia lakukan adalah karena pertolongan oleh Allah SWT. Oleh karena itulah, keoptimisan seorang muslim tidak akan membuat mereka sombong. Apalah yang bisa disombongkan dari manusia lemah seperti kita. Kalaupun kita bisa bekerja keras, itu karena Allah memberikan kita kesehatan. Kalaupun kita bisa bershodaqoh, itu juga karena Allah memberikan kita rejeki yang lancar. Kalau sudah begini, semuanya akan mendatangkan syukur kepada Allah semata.
Jadi, optimisme kita akan berbanding lurus dengan tingkat keimanan kita kepada Allah. Ketika iman kita semakin tinggi, maka semakin optimislah kita karena yakin bahwa Allah selalu bersama kita apapun keadaannya. Sebaliknya kita akan merasa pesimis manakala keimanan kita sedang menurun. Semoga kita selalu istiqomah untuk mendalami ilmu agama, agar dengan ilmu itu keimanan kita akan semakin tumbuh. Dan dengan iman yang semakin tinggi, maka rasa pesimis akan hilang dengan sendirinya. Dan selamat datang rasa optimis! [elha]
No comments:
Post a Comment