Sunday, December 26, 2010

Tahun Baru Bertabur Cinta

Tahun Baru Bertabur Cinta
Oleh: Lutfi Hakim, Trainer di Mega Brain

Rutinitas itu masih saja ada. Terompet ditiup keras-keras ketika dentang jam menunjukkan tepat di angka 12. Konser musik digelar sampai pagi. Mereka berjingkrak-jingkrak melupakan sejenak beban berat tahun lalu. Mengharap segala peruntungan baik akan mendatangi mereka. Tertawa mereka. Bercanda mereka. Bahkan mungkin sampai lupa daratan mereka. Walaupun entah apa yang mereka rayakan, mereka sendiri pun sebenarnya tidak tahu. “Yang penting heppi” begitu kata mereka.

Ah, tahun baru. Apa bedanya? Adakah sesuatu yang sangat istimewa. Hingga para remaja itu begitu antusias menyambutnya. Ada yang merayakan dengan pasangannya dengan candle light dinner. Ada yang merayakannya dengan pesta bareng dengan teman-temannya. Bahkan “maaf” ada yang menggunakan momen ini untuk menginap di hotel dan meyerahkan mahkotanya kepada kekasihnya meskipun belum menikah. Na’udzubillahi min dzalik.  

Lalu apakah kita harus mencaci maki mereka? Apakah kita harus meghukum mereka? Apakah kita harus mencibir mereka? Bahkan apakah kita harus mengecap mereka sebagai ahli neraka? Atau apakah kita harus mendo’akan mereka? Apakah kita harus mendekati mereka? Apakah kita harus tetap istiqomah mendekati mereka dengan cinta?

Tempayan Retak

Tempayan retak

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya.

Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, Karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.

sms hikmah januari 2010

Lebih baik hidup teraniaya karena kejujuran daripada hidup tersanjung tapi dipenuhi kebohongan
085746167478

Tidaklah orang yang kuat itu orang yang kuat fisiknya, akan tetapi orang kuat adalah orang yang bisa menguasai nafsunya tatkala marah
085731610414

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah:261)
085736080819

suara pembaca januari 2010

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Redaksi Ummul Quro’ yang terhormat, saya sungguh senang membaca majalah Ummul Quro’. Saya merasa mendapatkan anek ilmu yang bermanfaat. Semoga tetap istiqomah di jalan dakwah ini. Sesungguhnya Allah menolong mereka yang menolong Agama-Nya.
Hakim, Jombang
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Terimakasih atas perhatian dan do’a Saudara. Semoga kita semua tetap teguh dalam menjalankan syariat agama Allah ini.

Friday, November 19, 2010

Keutamaan bulan Muharram

Keutamaan bulan Muharram

A. Bulan Haram

Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman Allah Ta’ala : "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram." (Q.S. at Taubah :36).

Dalam hadist dari sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim) Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain. Sebagaimana ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini, shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.

Mengambil Hikmah di bulan Muharram

Mengambil Hikmah di bulan Muharram

Tiba-tiba saja, di pagi hari kita melihat di kalender sudah berbunyi bulan Desember (Masehi) dan Dzulhijjah (Hijriyah). Ini berarti  sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru. Tahun baru Masehi juga tahun baru Hijriyah. Memang di Indonesia, meskipun berpenduduk Muslim terbesar di dunia tahun Hijriyah kurang populer bila dibandingkan dengan tahun Masehi. Berapa orang sih yang hafal nama bulan-bulan di tahun hijriyah? Amat sedikit.

Penggunaan tahun Masehi hampir menelisik ke seluruh aktifitas kehidupan di negeri ini. Mulai dari penulisan tanggal lahir, jadwal pernikahan, jadwal sekolah dan sebagainya. Namun, sebagai seorang muslim , kita dapat saja merenungi hal-hal yang terkait dengan tahun hijriyah ini. Beberapa hal yang bisa kita renungi dari pergantian tahun ini adalah:

1.    Mensyukuri umur yang telah dikaruniakan Allah kepada kita
Tak ada yang patut kita lakukan selain bersyukur atas karunia Allah. Lihatlah, hingga kini kita masih diberi kesempatan oleh-Nya untuk menghirup udara  bumi ini. namun, kita amat jarang mensyukuri nikmat Allah yang satu ini. umur yang terus berlalu tahun demi tahun kita anggap sesuatu yang biasa saja.

Betapa banyak orang yang kita kenal, pergi mendahului kita. Tahun lalu, kita masih bercengkrama dengan mereka. Dan kini mereka sudah terbaring kaku di kuburan. Mereka yang telah mendahului kita sudah harus mempertanggungjawabkan perilaku mereka selama hidup di dunia. Sementara kita, masih diberi kesempatan untuk bertobat, masih diberi kesempatan untuk memperbaiki amalan kita sebagai bekal kita kelak menghadap Allah, sang Maha Pencipta.

Dalam keseharian, kita seringkali menganggap bahwa kematian masih jauh bagi kita. Ada yang berdalih setidaknya umur kita akan berkisar 63 tahun, seperti usia Rasulullah. Bahkan meyakini akan hidup lebih lama dari itu karena tiap harinya selalu mengkonsumsi multivitamin dan suplemen kesehatan. Padahal, sungguh kita tidak pernah tahu kapan maut itu akan menjemput kita. Mungkin ketika kita berumur 100 tahun, 70 tahun, 60 tahun atau bisa jadi tahun ini adalah tahun terakhir bagi kita untuk menghirup udara dunia.

Nah, kalau begini mengapa kita masih enggan untuk mensyukuri nikmat umur ini. Mari kita syukuri dengan menambah kuantitas dan kualitas ibadah kita. Dan tentu saja mari kita hindari maksiat kepada Allah hingga semakin bertambah usia kita, maka semakin bertaqwa diri kita.

2.    Muhasabah (introspeksi) diri
Ini adalah sebuah keharusan bagi diri kita untuk rehat sebentar dan mencoba untuk bermuhasabah atas amalan-amalan shaleh kita. Pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah amal sholeh kita setahun kemarin jauh lebih banyak daripada maksiat yang telah kita lakukan? Apakah amalan-amalan sholeh kita sudah dilandasi dengan keikhlasan? Apakah amalan-amalan buruk kita sudah kita iringi dengan tangis taubat? Sudahkah hari-hari kita dihiasi dengan tilawah Al-qur’an? Sudahkah malam-malam kita diisi dengan kekhusyuan shalat tahajjud? Apakah hari-hariku dipenuhi semangat untuk mencari ilmu atau malah habis untuk memeloti sinetron? Dan pertanyaan lainnya.

Nah, pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya dapat kita lakukan setiap malam menjelang untuk mengevaluasi perilaku kita di hari itu. Dan tentu tidak ada salahnya di penghujung tahun ini, muhasabah ini bisa kita lakukan dengan lebih serius. Dengan demikian, pergantian tidak hanya akan menjadi ritual penggantian kalender di setiap sudut rumah kita apalagi tradisi mubadzir dengan meniup terompet kencang-kencang di malam pergantian malam diiringi konser musik.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr:18)

3.    Mengenang hijrah Rasulullah
Sebenarnya dalam kitab Tarikh Ibnu Hisyam dinyatakan bahwa keberangkatan hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah adalah pada akhir bulan Shafar, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal. Jadi bukan pada tanggal 1 Muharram sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan penetapan Bulan Muharram sebagai awal bulan dalam kalender Hijriyah adalah hasil musyawarah pada zaman Khalifah Umar bin Khatthab ra. tatkala mencanangkan penanggalan Islam. Pada saat itu ada yang mengusulkan Rabiul Awal sebagai awal bulan ada pula yang mengusulkan bulan Ramadhan. Namun kesepakatan yang muncul saat itu adalah bulan Muharram, dengan pertimbangan pada bulan ini telah bulat keputusan Rasulullah saw untuk hijrah pasca peristiwa Bai’atul Aqabah, dimana terjadi bai’at 75 orang Madinah yang siap membela dan melindungi Rasulullah SAW, apabila beliau datang ke Madinah. Dengan adanya bai'at ini Rasulullah pun melakukan persiapan untuk hijrah, dan baru dapat terealisasi pada bulan Shafar, meski ancaman maut dari orang-orang Quraisy senantiasa mengintai beliau.

Peristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan di dalamnya. Rasulullah SAW, akan keluar dari rumah sudah ditunggu orang-orang yang ingin membunuhnya. Begitu selesai melewati mereka, dan harus bersembunyi dahulu di sebuah goa,masih juga dikejar, namun mereka tidak berhasil dan beliau dapat meneruskan perjalanan. Namun pengejaran tetap dilakukan, tetapi Allah menyelamatkan beliau yang ditemani Abu Bakar hingga sampai di Madinah dengan selamat. Allah menolong hamba yang menolong agamaNya. Perjalanan dari Mekah ke Madinah yang melewati padang pasir nan tandus dan gersang beliau lakukan demi sebuah perjuangan yang menuntut sebuah pengorbanan. Namun dibalik kesulitan ada kemudahan. Begitu tiba di Madianah, dimulailah babak baru perjuangan Islam. Perjuangan demi perjuangan beliau lakukan. Menyampaikan wahyu Allah, mendidik manusia agar menjadi masyarakat yang beradab dan terkadang harus menghadapi musuh yang tidak ingin hadirnya agama baru. Tak jarang beliau turut serta ke medan perang untuk menyabung nyawa demi tegaknya agama Allah, hingga Islam tegak sebagai agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk dunia saat itu. Lalu sudahkah kita berbuat untuk agama kita?

4.    Kalender hijriyah adalah kalender ibadah kita
Barangkali kita tidak memperhatikan bahwa ibadah yang kita lakukan seringkali berkait erat dengan penanggalan Hijriyah. Akan tetapi hari yang istimewa bagi kebanyakan dari kita bukan hari Jum’at, melainkan hari Minggu. Karena kalender yang kita pakai adalah Kalender Masehi. Dan sekedar mengingatkan, hari Minggu adalah hari ibadah orang-orang Nasrani. Sementara Rasulullah saw menyatakan bahwa hari jum’at adalah sayyidul ayyam (hari yang utama diantara hari yang lain).

Demikian pula penetapan hari raya kita, baik Idul Adha maupun Idul Fitri pun mengacu pada hitungan kalender Hijriyah. Wukuf di Arafah yang merupakan satu rukun dalam ibadah haji, waktunya pun berpijak pada kalender hijriah. Begitu pula awal Puasa Ramadhan, puasa ayyamul Bidh ( tanggal 13,14,15 tiap bulan) dan sebagainya mengacu pada Penanggalan Hijriah. Untuk itu seyogyanya bagi setiap muslim untuk menambah perhatiannya pada kalender Islam ini. [elha]

Muhasabah Hati

Muhasabah Hati

Sahabat, pernahkah sedikit saja ketika kesibukan merajai kita, pada saat itu pula kita mengingat-Nya dalam kelapangan hati? Sungguh rendah, ketika kita mencoba manafakurinya. Ketika aktifitas mengantri untuk dilaksanakan. Tugas-tugas berjubel, sementara waktu semakin sempit dan beribu satu aktifitas lainnya yang menyita pikiran, perhatian serta waktu kita. Bahkan waktu utama kita untuk dekat kepada-Nya saja menjadi nomor kesekian, bukan prioritas. Shalat. Kita pun lupa untuk saling mengingatkan, dengan teman, sahabat, bahkan orang tua kita yang dekat sekali dengan kita. Apakah ini seorang muslim dan muslimah yang dikatakan sebagai mujahid sholeh dan mujahidah sholehah? Apakah ini seorang muslim dan muslimah yang selalu memperjuangkan Islam? Bahkan dengan satu hal kecil saja kita sudah kalah dengan lemahnya diri? Pada saat sekarang kita sadar akan kelemahan kita, tapi apakah kesadaran itu membuat kita angkuh untuk tidak mengingatkan yang lain. Bukankah Rasul pun selalu memberikan apa yang terjadi padanya sebagai pelajaran bagi umatnya.

Sahabat, pernahkah kita mengukur diri kita dengan apa yang telah kita targetkan sebelumnya? Target-target yang menjadi investasi kita untuk melangkah. Manajemen waktu yang kita buat, sudahkah menjadi hal yang bermanfaat bagi orang lain? Ketika kita hanya melihat pada waktu yang kita butuhkan untuk diri kita, apakah kita teah membagi waktu itu menjadi waktu untuk dunia dan peradaban? waktu yang terus berjalan dan tak kan pernah berulang mundur sedetik pun. Manfaatkanlah waktu duniamu sahabat, untuk mempersiapkanmu pada hari berakhirnya dunia nanti dan waktu peradaban untuk memastikan langkahmu pada kehidupan Islam yang akan datang.
Sahabat, mari kita siapkan diri kita untuk terus berjuang dan memperbaiki diri kepada-Nya. kokohkan langkah kita dengan terus membimbing iman dan ilmu kita menuju ridha-Nya. Apalagi yang kita harapkan selain ridha-Nyadalam perjuangan kita?

Sahabat, sesungguhnya Allah menahanmu dari mendapatkan sesuatu, itu bukanlah karena Dia bakhil khawatir perbendaharaan-Nya atau menyembunyikan hakmu. Akan tetapi itu adalah karena Dia ingin kamu kembali kepada-Nya. Dia ingin memuliakanmu dengan tunduk pasrah kepada-Nya. Menjadikanmu kaya dengan fakir kepada-Nya. Memaksamu untuk bersimpuh dihadapan-Nya. menjadikanmu dapat merasakan manisnya ketundukan dari kefakiran kepada-Nya setelah merasakan pahitnya terhalang dari sesuatu. Agar kamu memakai perhiasan ubudiyah. Menempatkanmu dikedudukan yang tertinggi setelah kedudukan dilepas. Agar kamu dapat menyaksikan hikmah-Nya dalam qudrah-Nya. Rahmat-Nya dalam keperkasaan-Nya, kebaikan dan kelembutan-Nya dalam paksaan-Nya dan bahwa sebenarnya tidak memberinya adalah pemberian. Pelepasan dari-Nya adalah penguasaan. Hukum dari-Nya adalah pengajaran. Ujian dari-Nya adalah pemberian dan kecintaan. Dan dikuasakannya musuh-musuhmu atasmu adalah yang akan menggiringmu kepada-Nya.

Sahabat, jadilah sahabat yang beriman ibarat benderang pelita, sahabat sejati seperti harum kesturi, sahabat sejati yang menjadi pendorong impian dan sahabat berhati mulia yang mambawa kita ke jalan-Nya.

Sahabat, mari kita ambil waktu untuk bersahabat, karena itu adalah jalan menuju kebahagiaan. Ambillah waktu untuk memberi, karena itu akan membuat hidup lebih berarti, ambillah waktu untuk bekerja, karena itu adalah nilai keberhasilan.

Sahabat, ambillah waktu untuk berdoa, karena itu sumber ketenangan. Ambillah waktu untuk belajar, karena itu adalah sumber kebijaksanaan dan ambillah waktu untuk beramal, karena itu adalah kunci menuju surga.
Sahabat, hati adalah taman yang dimiliki Allah di muka bumi. Yang paling mencintai Allah adalah hati yang paling bersih, paling teguh dan paling lembut. Marilah kita benahi kembali taman di hati kita. [ ]