Saturday, June 19, 2010

Lihatlah Sekelilingmu

Oleh: Ratna Yusuf

Pernahkah anda melihat seekor ikan? Ia sungguh nampak bahagia dengan kehidupannya. Ia berenang ke sana dan kemari. Semua kebutuhannya sudah terpenuhi di dalam air. Bernafas, ia menggunakan insang. Tak perlu ke darat untuk bisa menghirup udara, ia dengan leluasa menghirup udara itu dengan sistem pernafasan yang memang sudah sesuai dengan habitatnya.

Karena memang habitatnya yang hanya ada di air, rasanya ia tidak pernah memikirkan tentang kehidupan darat. Ia sudah puas dengan kehidupannya. Tanyalah ikan itu tentang kata “kering” niscaya ia tidak akan mampu memahami konsep kering. Bagaimana dia akan mengerti dengan kata kering kalau yang ia ketahui selama ini adalah bahwa semua ikan yang hidup itu haruslah berada di air. Tak pernah terbersit kata kering sedikitpun dalam dirinya.


Nah, beberapa orang memang terkadang asyik sekali dengan kehidupannya sendiri. Ia bahkan tak memiikirkan kehidupan manusia lainnya. Bahkan kalau pernah anda melihat para suku di pedalaman. Mereka hanya menggunakan penutup tubuh seadanya. Mungkin dengan daun atau kulit kayu saja. Bahkan maaf untuk menutup alat vitalnya hanya menggunakan koteka. Tapi rasa-rasanya mereka baik-baik saja dengan kehidupan seperti itu. Mereka nampak bahagia. Cobalah tanya kepada mereka tentang merek handphone yang dia ingin punyai. Niscaya mereka pun hanya tersenyum dan tak pernah terpikir di benaknya.

Begitulah, banyak orang yang asyik dengan kehidupannya sendiri. Tak mengerti apa yang terjadi dengan kehidupan lain di sekelilingnya. Mungkin ada yang menjalani kehidupan dengan sangat baiknya, tetapi ia begitu asyik dengan kebaikannya sendiri. Tak sedikitpun ia berusaha mentransfer kebaikannya ke lingkungannya. Dalam bahasa agamanya ia lupa berdakwah. Ia terlalu asyik memperbaiki diri. Ia terlalu asyik memperbagus kehidupannya sendiri. Ia lupa, di sekelilingnya kehidupan tidak sebaik yang ia lakukan, bahkan mungkin kehidupan itu amat jauh dari ajaran Islam. Lalu buat apa dia memperbaiki diri kalau lupa dengan lingkungan. Orang yang seperti ini harusnya belajar bahwa dakwah untuk memperbaiki masyarakat adalah juga penting. Bukankah Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Jadi jangan dinikmati sendiri kebaikan itu. Tularkanlah kebaikan itu. Dan insyaallah itu akan memiliki nilai yang jauh lebih baik di sisi manusia dan juga di sisi Allah SWT.

Ada juga orang yang berkubang dengan kehidupan yang amat kotor. Ia berputar-putar dalam kehidupan yang negatif. Ia tidak tahu atau mungkin tidak mau tahu bahwa di sekelilingnya ada kehidupan yang jauh lebih baik. Ada kehidupan yang menjanjikan suatu kebaikan dan kebahagiaan baik di dunia ini ataupun di kehidupan sesudah mati. Nah, orang seperti ini harusnya terus berusaha untuk meningkatkan taraf kualitas kehidupannya. Ia tidak boleh merasa puas dengan kehidupan gelapnya. Ia harus terus belajar demi kebaikan kehidupannya.

Akhir kata, baik kita di pusaran kehidupan yang baik maupun buruk kita harus tetap belajar. Belajar untuk memperdalam ajaran agama Islam yang sungguh sempurna. Kelak kita akan tahu, bahwa ketika kita sudah cukup ilmu dan berada dalam kehidupan yang baik sudah selayaknya jalan juang dakwah sudah di depan mata. Ada tanggungjawab yang besar bagi setiap muslim untuk menegakkan ajaran Allah ini di dalam kehidupan masyarakat. Dan ketika berada di pusaran yang kurang baik, Islam akan mengantarkan kita ke jalan ilmu tak bertepi yang akan menghapus dahaga kita akan ilmu. Semoga dengan begini kita akan terus konsisten dalam mempelajari ajaran agama ini. Semoga kita menjadi manusia yang mengenal lingkungannya, bukannya seperti ikan yang hanya tahu air saja seperti yang saya sebutkan di awal tulisan ini. Semoga. [ ]


No comments:

Post a Comment